Kamis, 27 Februari 2014
Membangun
Karakter
Disiplin diri
merupakan hal penting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter
seseorang, sebuah organisasi, dan sebuah masyarakat bangsa. Sebab dlam
hubungannya dengan seseorang – karakter
mengandung pengertian (1) suatu kualitas
positif yng dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif; (2)
reputasi seseorang, dan (3) seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian
yang eksentrik.
Dalam kamus
poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak;sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang daripada yang lain.
Dengan
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa
membngun karakter (character building) adalah proses mengukir atau
memahat jiwa sedemikian rupa sehingga, “berbentuk” unik, menarik,dan berbeda
atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf daam alphabet yang
tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang
berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang
tida/belum berkarakter atau “berkarakter” tercela).
Kalimat itu
boleh jadi merangkum sejarah hidupnya yang sangat inspirasional.lewat
perjuangan panjang dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian
menjadi salah seorang pahlawan besar dalam prestasi dan pengabdianannya (lihat
homepage www.hki.org).
Helen Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji).
Dan sejarah
hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter itu memerlukn
disiplin tinggi karena tidah pernah mudah dan seketika itu atau
instant.diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral choice
(keputusan moral) dan tindak lanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi
praksis, refleksi, dah praktik. Diperlukan
sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi costum (kebiasaan) dan
membentuk watak atau tabiat seseorang.
Demikianlah
makna penting sebuah karakter dan proses pembentukkannya yang tidak pernah
mudah melahirkan manusia-manusia yang tidak bisa dibeli. Ke arah yang demikian
itulah pendidikan dan pembelajaran –termasuk pengajaran di institusi formal dan pelatihan di institusi
non-formal—seharusnya bermuara, yakni membangun manusia-manusia berkarakter
(terpuji), manusia-manusia yang memperjuangkan agar dirinya dan orang-orang yang
dapat dipengaruhinya agar menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang utuh atau memiliki integritas.
Langganan:
Postingan (Atom)